Rajin Belajar Agar Mendapat Nilai yang Tinggi

Di sekolah Ahmad, ada seorang siswa yang nilainya paling rendah di kelas. Anak itu bernama Rudy. Walaupun dia jago dalam kegiatan bermain, dia ternyata malas belajar. Suatu hari, Ahmad melihat Rudy sedang bermain dengan teman-teman yang lain. 

“Hai, Rudy! Kamu sedang apa?” tanya Ahmad

Sumber : Pixabay
“Oh, hai Ahmad! Kami sedang bermain sepak bola” jawab Rudy

“Oh, kenapa tidak membaca buku saja di perpustakaan? kan ada banyak buku baru yang baru di perpustakaan itu” tanya Ahmad kembali.

“Hmmm.... iya juga yah, kalau begitu ayo kita pergi semuanya!” ajak Rino (teman kelas Ahmad).

“Ayo!” sahut teman yang lain.

“Kalian semua mau  pergi ke perpustakaan? kan bermain lebih seru..” kata Rudy.

“Terserah kamu lah kalau tidak mau ikut ke perpustakaan!” kata teman-teman lain.

“Huh! Ini semua gara-gara Ahmad! Teman-teman jadi malas bermain dan malah pergi ke perpustakaan! Membosankan!” keluh Rudy di dalam hati.
Sesampainya di perpustakaan, mereka semua langsung memilih buku yang mereka sukai. Ahmad yang melihat Rudy cemberut sambil memegang buku menghampirinya.

“Woy! Rudy! Kok kamu cemberut kayak gitu, sih?” tanya Ahmad.

“Aku  kan maunya bermain, kamu malah ajak kami ke perpustakaan. kan belajar adalah hal yang paling kubenci!” kata Rudy.

“Kalau gitu... coba kamu aku tes kamu, 25 ditambah 13?” tanya Ahmad.

“Hmmmmm...... apakah 40?” tanya Rudy kembali.

“Teng! Salah, jawabannya adalah 38” kata Ahmad.

“Huh! kan ini matematika, matematika kan pelajaran yang paling nggak aku suka!” keluh Rudy.

“Ini cuma penjumlahan, anak kelas 1 kalau ditanya juga bakalan tahu. Baiklah, kalau... Dasar negara Indonesia apa?” tanya Ahmad.

“Hmmm.... Tunas Kelapa?” tanya Rudy.

“Salah! Jawabannya Pancasila. Kok Tunas Kelapa sih? Tunas kelapa itu lambang Pramuka.” Kata Ahmad.

“Waduh! Kalau begini terus, nanti aku akan turun kelas! Mulai saat ini, aku akan belajar sungguh-sungguh agar mendapat nilai tinggi pada ujian kali ini!” sumpah Rudy.

“Nah... ini baru namanya semangat! Kalau gitu, ayo kita baca buku sama-sama!” ajak Ahmad.

“Ayo! Tapi se.....” kata Rudy.

KRRIIINGGGG......! KRRIIINGGGG......!

“Nanti aja kalau pulang sekolah,  sekarang sudah waktunya masuk kelas!” kata Ahmad

Mereka pun masuk ke kelas dan belajar. Kali ini Rudy terlihat berbeda. Dia lebih memerhatikan guru mengajar daripada bermain.

“Hai Rudy! Kali ini kamu memerhatikan gurumu ya? Wah... agar dapat nilai seratus kali nih...” canda bu Sirna (guru bahasa inggris)

“Iya bu! Aku tidak mau lagi dapat nilai nol besar. Itu sangat menyebalkan!” kata Rudy.

“Nanti kalau kamu ibu kasih soal, pasti bisa kamu bisa jawab, tetap semangat ya!” kata bu Sirna

“ Makasih ya bu!” kata Rudy
Ketika bu Sirna selesai menjelaskan, bu Sirna pun  membagikan  soal pada anak-anak.

“Work carefully yah? Don’t be noise” kata bu Sirna

“All right bu!”jawab anak-anak.
Setelah mengerjakan soal, bu Sirna pun memberi nilai.

“Wah.... congratulations! You get a value of 95” kata bu Sirna kepada Rudy.

“Wah... thank you bu!” kata Rudy

“Hai Rudy, kamu dapat nilai berapa? Aku dapet 96 nih......” tanya Ahmad.

“Kayaknya kita cuma beda 1 nih... aku dapat nilai 95!!” seru Rudy

“Itu karena, kamu memerhatikan bu guru dengan saksama. Gimana kalau nanti kamu datang ke rumahku ya? Nanti kita belajar sama-sama agar mendapat nilai yang tinggi di ujian pekan depan!” tanya Ahmad.

“Baiklah nanti sudah sholah Azhar aku datang ke rumahmu ya!” jawab Rudy.

“What are you talking about, children?” sela Bu Sirna.

“Oh, next hour four we will both learn in his home Ahmad. So... we can answer the question on the replay next week” jawab Rudy.

“Hebat! Kamu hebat berbahasa inggris Rudy, kamu cuma harus memperbaiki sedikit cara penyebutannya” kata bu Sirna.

“Thank you bu!” kata Rudy

KRIIIIING....!

Mereka pun pulang ke rumah masing masing. Sesuai janji mereka, Rudy pergi ke rumah Ahmad.

“Assalamu alaikum” kata Rudy

“Wa’alaikumussalam. Eh mari masuk, ibuku sudah buatin teh dan kue untuk kita makan berdua lho...” ajak Ahmad.

“Eh, nggak perlu repot-repot kok. Aku kan datang kesini mau belajar dengan kamu.” Kata Rudy.

“Ah, ayo masuk. Kita makan kue dan minum teh di kamarku sambil ngerjain tugas!” kata Ahmad.

Mereka pun masuk ke dalam kamar.

“Kamu hafal pancasila?” tanya Rudy.

“Iya. kamu?” Jawab Ahmad.

“Tidak. Tolong bantu aku hafal ya...kumohon” kata Rudy.

“Oke, sini aku sebutkan:
Satu, Ketuhanan yang maha esa.
Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Tiga, Persatuan Indonesia.
Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kamu harus menghafal pancasila, karena pancasila akan ada di ulangan PKN. Ulangan PKN dan IPA akan ada pada hari senin depan. Jadi kita hari ini akan belajar PKN dan IPA.” Kata Ahmad.

“Iya. Aku coba dulu ...
Pancasila:
Satu, Ketuhanan yang maha esa
Bla bla bla bla (disini Rudy menghafalkan dengan baik pancasila ya, teman-teman)”

“Tuh kan, kamu hafal, sekarang kita menghafal simbol pancasila. Sekarang kamu aku tanya, apa simbol pancasila yang sila pertama?” tanya Ahmad.

“Bintang?”

“Betul! Kalau kedua?”

“Rantai kan?”

“Iya! Tiga?”

“Pohon beringin”

“Empat?”

“Kepala banteng”

“Terakhir?”

“Padi dan kapas!”

“Ya! Well done! Kamu itu beneran hafal?”

“Tidak. Aku kan lihat buku..”

“Apa!? Pantesan dari tadi aku bingung kenapa kamu bisa hafal. Biasanya kan di kelas kamu tidak hafal. Coba kamu ulang..”

“Baiklah! Satu, bintang
Dua, rantai
Tiga, pohon beringin
Empat, kepala banteng
Lima, padi dan kapas”

“Wah... sudah mau magrib nih... besok lagi ya! Kamu datang ke rumah ku bawa buku pelajaran IPA.  Besok aja belajar IPA karena sudah mau malam”

“Baiklah Assalamualaikum!”

“Waalaikumussalam!”

Rudy pun kembali ke rumahnya. Rudy mandi dan mengganti baju muslim lalu pergi untuk sholat maghrib di masjid terdekat. Setelah sholat, Rudy tak lupa berdo’a:
Ya Allah, tolong beri aku kemudahan agar bisa mengerjakan ulangan kali ini. Aku tidak akan patah semangat untuk tetap belajar dan belajar. Karena engkau ya Allah, pernah menyebut dalam firmanmu, fa inna ma’al ‘usri yusrhaa. inna ma’al usri yushraa, artinya, sesungguhnya sesudah kesudahan ada kemudahan (Q.S asy-syarh:5-6). Ya Allah, engkau bahkan menyebutkannya sebanyak dua kali untuk mengingatkan manusia yang kesusahan seperti aku ini untuk berusaha sebisa mungkin agar bisa mencapai kemudahan. Amiiin..

Selesai berdo’a, Rudy pulang ke rumah dan belajar IPA.

Keesokan harinya....

“Ibu......ibu lihat buku IPA ku?” tanya Rudy kepada ibunya. Rudy mencari bukunya karena ingin pergi ke rumah Ahmad belajar IPA.

“Tidak. Emangnya kamu nyimpannya dimana? Dan kamu mau ngapain?” tanya ibu.

“Aku mau pergi ke rumahnya Ahmad bu. Kemarin sehabis belajar IPA.... oh iya! Aku menyimpannya di meja makan. Kemarin sih selesai belajar aku lapar dan pergi makan. Nah... di situ aku nyimpan bukunya” jawab Rudy.

“Kapan mau pergi?” tanya ibu,

“Sesudah makan” jawab Rudy.

Sesudah makan...

“Assalamualaikum bu, saya pergi dulu ya!” kata Rudy.

“Wa’alaikumussalam!” jawab ibu.

Sesampainya di rumah Ahmad...

“Assalamualaikum!” kata Rudy.

“Wa’alaikumussalam, ayo masuk” ajak Ahmad.

Ya... begitulah. Rudy  selalu datang ke rumah Ahmad jika ada waktu luang untuk belajar. Lama kelamaan Rudy makin pintar mengerjakan soal di sekolahnya maupun PR di rumah.

Hari ulangan akhir semester tiba. Hari ini, senin, Rudy terlihat sangat mudah mengerjakan soal IPA.

“Wah... soal semudah ini sih bisa aku kerjakan” kata Rudy dalam hati.

“Baiklah waktu habis. Sini lembar jawabannya” kata bu Nisa (guru IPA)

Beberapa menit kemudian, datanglah guru PKN.

“Baiklah anak-anak, sekarang kerjakan ulangan PKN dalam waktu 30 menit. Mulai dari sekarang!” kata bu Sari (guru PKN)

“Waktu habis! Kumpulkan ulangan kalian di sini ya” kata bu Sari

“Anak-anak, sekarang kalian boleh pulang karena hari ini kita hanya ulangan” kata bu Rina (wali kelas Ahmad)

Ketika sudah selesai ulangan akhir semester, direncanakan akan dilaksanakan penerima’an raport di taman bunga.

Orang tua Rudy pun datang mengambil rapor. Ayah dan ibu Rudy kagum dengan keberhasilan anaknya. Selama ini Rudy tidak pernah mendapat nilai tinggi. Sekarang nilai di rapor Rudy memuaskan mereka.

“Wah... Rudy! Ibu bangga kepadamu. Nilaimu semua tinggi-tinggi. Sebagai hadiah untukmu ibu akan mengajakmu ke restoran Pelangi dan memesan apa yang kamu inginkan” kata ibu.

“Terima kasih bu. Ini semua berkat do’a ibu dan do’a yang selalu aku panjatkan bu. Ini juga berkat Ahmad yang membantuku belajar. Ahmad terima kasih ya, kamu udah membantuku” kata Rudy yang juga ketemu dengan Ahmad.

“Sama-sama Rudy. Sekarang, kita sudah naik kelas lima. Pertahankan prestasi mu ya Rudy” kata Ahmad.

Selesai

Komentar